Keinginan untuk hidup lebih nyaman dan bahagia telah disadari erat kaitannya dengan kesehatan. Sebelumnya, keinginan tersebut diukur dari teknologi yang diciptakan. Sayangnya dengan teknologi yang semakin maju, nilai sehat suatu makanan sering kali dikorbankan untuk kemudahan mendapatkannya. Parahnya lagi, efek semua ini baru bisa dirasakan beberapa tahun sesudahnya dengan konsumsi yang terus menerus. Oleh karena itu, saat ini sisi kesehatan dari apa yang masuk di tubuh kita menjadi fokus utama dan perhatian seluruh dunia.
Salah satunya adalah mentega yang telah menjadi bahan makanan di seluruh dunia selama berabad-abad. Mentega tidak menjadi masalah sampai dinyatakan tinggi kandungan lemak jenuh (saturated fat). Tingginya lemak jenuh ini bertanggung jawab pada berbagai penyakit degeneratif terutama terkait dengan penyakit jantung koroner. Maka bahan makanan yang dibuat baik secara tradisional maupun industri ini harus menyandang label 'tidak sehat'.
Untuk menjawab kebutuhan ini, lahirlah margarin. Orang susah membedakan mentega dan margarin karena fungsinya yang tidak jauh berbeda. Namun dua produk ini hanya hampir sama 'luar'nya saja. Mentega dibuat dari lemak hewani, tepatnya dari susu sapi atau kambing. Dibuat secara alami, tanpa proses yang rumit sehingga Anda bisa membuatnya sendiri. Sedangkan margarin dibuat dari lemak nabati, yaitu dari berbagai minyak kacang-kacangan, biji-bijian dan juga minyak sayur. Proses membuatnya membutuhkan teknologi tinggi yaitu hidrogenasi, yang membuat minyak-minyak ini bisa memadat dan bertekstur seperti mentega.
Dari segi membuatnya, mentega dianggap lebih sehat dan lebih ramah lingkungan karena dibuat secara alami. Sedangkan margarin dianggap kebalikannya karena membutuhkan proses dalam industri untuk menghasilkannya. Dari kandungannya, margarin tidak sehat karena kandungan lemak trans yang memiliki efek lebih berbahaya dari sekedar lemak jenuh saja. Jika lemak jenuh disebut bisa meningkatkan kadar LDL (kolesterol buruk), lemak trans tidak hanya meningkatkan kadar LDL namun juga mengurangi kadar HDL (kolesterol baik).
Lemak trans ini berasal dari proses hidrogenasi yang dilakukan pada minyak nabati. Sejak isu lemak trans ini marak, banyak orang memilih kembali pada mentega dan mengimbangi pola hidupnya dengan olahraga dan makanan pengimbang lainnya untuk mengurangi efek buruk lemak jenuh. Industri margarin menanggapi keadaan ini dengan meningkatkan teknik pembuatan margarin sehingga bisa mengurangi jumlah lemak trans dalam margarin.
Jika kandungan lemak trans bisa dikesampingkan, maka margarin memiliki nilai unggul karena tinggi asam lemak tak jenuh yang bisa mengurangi kadar LDL dan memberikan daya tahan tubuh yang lebih baik dengan omega 3, omega 6 dan omega 9 yang terkandung dalam margarin. Oleh karena pengurangan lemak trans dalam margarin masih belum diketahui dengan jelas, apalagi untuk produk-produk lokal, maka pilihan mana yang lebih sehat dikembalikan pada gaya hidup Anda. Asupan lemak jenuh yang diimbangi dengan pola hidup sehat, atau asupan rendah lemak jenuh namun berisiko mengonsumsi lemak trans, Anda harus bijak memilihnya.
Salah satunya adalah mentega yang telah menjadi bahan makanan di seluruh dunia selama berabad-abad. Mentega tidak menjadi masalah sampai dinyatakan tinggi kandungan lemak jenuh (saturated fat). Tingginya lemak jenuh ini bertanggung jawab pada berbagai penyakit degeneratif terutama terkait dengan penyakit jantung koroner. Maka bahan makanan yang dibuat baik secara tradisional maupun industri ini harus menyandang label 'tidak sehat'.
Untuk menjawab kebutuhan ini, lahirlah margarin. Orang susah membedakan mentega dan margarin karena fungsinya yang tidak jauh berbeda. Namun dua produk ini hanya hampir sama 'luar'nya saja. Mentega dibuat dari lemak hewani, tepatnya dari susu sapi atau kambing. Dibuat secara alami, tanpa proses yang rumit sehingga Anda bisa membuatnya sendiri. Sedangkan margarin dibuat dari lemak nabati, yaitu dari berbagai minyak kacang-kacangan, biji-bijian dan juga minyak sayur. Proses membuatnya membutuhkan teknologi tinggi yaitu hidrogenasi, yang membuat minyak-minyak ini bisa memadat dan bertekstur seperti mentega.
Dari segi membuatnya, mentega dianggap lebih sehat dan lebih ramah lingkungan karena dibuat secara alami. Sedangkan margarin dianggap kebalikannya karena membutuhkan proses dalam industri untuk menghasilkannya. Dari kandungannya, margarin tidak sehat karena kandungan lemak trans yang memiliki efek lebih berbahaya dari sekedar lemak jenuh saja. Jika lemak jenuh disebut bisa meningkatkan kadar LDL (kolesterol buruk), lemak trans tidak hanya meningkatkan kadar LDL namun juga mengurangi kadar HDL (kolesterol baik).
Lemak trans ini berasal dari proses hidrogenasi yang dilakukan pada minyak nabati. Sejak isu lemak trans ini marak, banyak orang memilih kembali pada mentega dan mengimbangi pola hidupnya dengan olahraga dan makanan pengimbang lainnya untuk mengurangi efek buruk lemak jenuh. Industri margarin menanggapi keadaan ini dengan meningkatkan teknik pembuatan margarin sehingga bisa mengurangi jumlah lemak trans dalam margarin.
Jika kandungan lemak trans bisa dikesampingkan, maka margarin memiliki nilai unggul karena tinggi asam lemak tak jenuh yang bisa mengurangi kadar LDL dan memberikan daya tahan tubuh yang lebih baik dengan omega 3, omega 6 dan omega 9 yang terkandung dalam margarin. Oleh karena pengurangan lemak trans dalam margarin masih belum diketahui dengan jelas, apalagi untuk produk-produk lokal, maka pilihan mana yang lebih sehat dikembalikan pada gaya hidup Anda. Asupan lemak jenuh yang diimbangi dengan pola hidup sehat, atau asupan rendah lemak jenuh namun berisiko mengonsumsi lemak trans, Anda harus bijak memilihnya.
Komentar
Posting Komentar